Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) dilaporkan terjadi sejak 26 Agustus di sejumlah SPBU swasta, termasuk Shell dan BP-AKR, dengan beberapa jenis bensin premium kosong meski operasional stasiun tetap berlangsung.

Sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta di Indonesia mengalami kelangkaan produk BBM sejak akhir Agustus. Jenis yang terdampak meliputi Shell Super, Shell V-Power, dan Shell V-Power Nitro+, sementara di SPBU BP-AKR, produk BP 92 dan BP Ultimate dilaporkan tidak tersedia.

Shell Indonesia dalam pernyataan resminya meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami pelanggan. Perusahaan menegaskan SPBU tetap beroperasi normal dengan produk yang masih tersedia, seperti Shell V-Power Diesel. Shell juga menyatakan tengah berkoordinasi dengan pemangku kepentingan untuk memulihkan pasokan bensin secepatnya.

BP-AKR juga menyampaikan langkah serupa dengan memastikan upaya distribusi terus dilakukan. Kedua operator menekankan tidak tinggal diam menghadapi gangguan suplai ini.

Pantauan di lapangan menunjukkan situasi bervariasi. Di SPBU Shell Jalan Letjen S. Parman, Jakarta Barat, pada Senin (15/9/2025), hanya tersedia Shell Super, sementara produk premium lain kosong. Meski demikian, SPBU tersebut tetap ramai dikunjungi pelanggan yang juga memanfaatkan fasilitas toko swalayan, restoran, dan bengkel.

Di tingkat kebijakan, isu kelangkaan BBM swasta turut menjadi perhatian DPR. Anggota Komisi XII DPR RI dari Fraksi Gerindra, Ramson Siagian, menyatakan lembaganya belum meminta keterangan resmi dari pemangku kepentingan, tetapi pembahasan akan dijadwalkan dalam rapat kerja dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Ramson menekankan pentingnya pemerintah memastikan kebutuhan energi masyarakat terpenuhi. Ia mengingatkan agar kebijakan tidak menimbulkan gejolak. “Saya mengharapkan Pak Menteri kalau membuat kebijakan harus juga ditugaskan timnya mengecek bagaimana nanti dampak di lapangan,” ujarnya dalam wawancara virtual dari Balikpapan.

Menurut Ramson, kelangkaan BBM di operator swasta tidak boleh dibiarkan karena berpotensi memicu keresahan publik, serupa dengan krisis pasokan elpiji. Ia menambahkan bahwa impor BBM Indonesia mencapai 270 juta barel per tahun oleh Pertamina, sementara untuk operator swasta seperti Shell, AKR, dan BP dialokasikan sekitar 8,8 juta barel per tahun, setara 1,4 juta kiloliter.

Hingga Minggu malam, belum ada konfirmasi resmi dari pemerintah terkait penyebab pasti kelangkaan maupun proyeksi normalisasi distribusi. Namun, situasi ini dinilai penting karena menyangkut akses energi masyarakat luas, terutama pengguna SPBU swasta di perkotaan.

Indonesia selama ini masih bergantung pada impor BBM untuk memenuhi kebutuhan domestik. Ketergantungan itu membuat pasokan rentan terganggu jika terjadi hambatan logistik, fluktuasi harga global, atau keterbatasan alokasi distribusi. Kasus kelangkaan di SPBU swasta menyoroti tantangan tersebut sekaligus urgensi penguatan cadangan energi nasional.