Gerakan Membangun Generasi Muda (GMGM) Sumatera Utara menyampaikan sikap resmi terkait peran kepolisian di tengah dinamika sosial politik.

Hal itu disampaikan oleh Ketua GMGM Sumut, Mikha Gabriel Meliala. Ia menegaskan bahwa kepolisian tidak boleh terus dijadikan alat negara yang membuat aparat justru berada pada posisi tertindas.

Menurut Mikha, polisi pada hakikatnya merupakan bagian dari rakyat. Namun, posisi mereka kerap dipaksa berhadapan dengan masyarakat akibat perintah penguasa. Hal inilah yang dinilai merugikan baik rakyat maupun aparat kepolisian itu sendiri.

“Polisi jangan lagi dijadikan tameng kekuasaan. Mereka juga rakyat, mereka juga manusia. Yang harus kita lawan adalah penguasa yang tidak bertanggung jawab,” tegas Mikha dalam pernyataannya.

GMGM Sumut menekankan bahwa revolusi yang mereka gaungkan bukan ditujukan kepada polisi, melainkan kepada elite penguasa yang menyalahgunakan wewenang. “Fokus perjuangan kita jelas yaitu revolusi melawan ketidakadilan, melawan mereka yang memperalat aparat demi kepentingan segelintir orang. Kita ingin polisi kembali ke jati diri mereka yaitu pelindung rakyat, bukan pengabdi penguasa,” lanjutnya.

Dalam pernyataan tertulisnya, GMGM Sumut juga menyerukan agar kepolisian dikembalikan pada fungsi sejati sebagai pengayom dan pelindung masyarakat. Revolusi yang digaungkan, menurut mereka, adalah perjuangan untuk membebaskan rakyat sekaligus membebaskan aparat dari jeratan kekuasaan yang menindas.

“Kami percaya, ketika rakyat dan polisi berdiri di sisi yang sama, tidak ada kekuatan mana pun yang mampu membungkam perjuangan keadilan,” tutup Mikha.