Dmedia - Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menyelesaikan rangkaian kunjungan luar negeri pada Jumat (26/9), dengan capaian investasi, kerja sama perdagangan, dan diplomasi strategis. Dalam waktu enam hari, ia mengunjungi Jepang, Amerika Serikat, Kanada, dan Belanda.
Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya menyebut tujuan utama lawatan ini adalah menghadiri Sidang Majelis Umum PBB ke-80 di New York pada 23 September. “Hari ini (26/9) Bapak Presiden Prabowo Subianto sudah selesai melaksanakan rangkaian kunjungan luar negeri dalam utamanya adalah sidang umum PBB ke-80. Dan dalam enam hari ini beliau mengunjungi empat negara,” ujar Teddy dalam keterangan pers, Sabtu (27/9).
Agenda dimulai di Osaka, Jepang, saat Prabowo meninjau Paviliun Indonesia pada Expo 2025. Dari kegiatan itu, Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy melaporkan komitmen investasi senilai USD23,8 miliar atau sekitar Rp380 triliun. Nilai tersebut menjadi hasil terbesar dari seluruh lawatan.
Di Amerika Serikat, Prabowo menjadi pembicara ketiga pada Sidang Majelis Umum PBB, setelah Brasil dan Amerika Serikat. Pidatonya mendapat apresiasi dari sejumlah pemimpin dunia. “Berani, tegas, konkret. Ada Presiden Amerika Serikat, kemudian PM Kanada, Raja Belanda, hingga Presiden Macron yang menelpon langsung menyampaikan apresiasi,” kata Teddy.
Selain agenda PBB, Prabowo bertemu Presiden FIFA Gianni Infantino. FIFA menyatakan dukungan pada pengembangan akademi sepak bola muda Indonesia. “Dalam waktu dekat Timnas Indonesia akan tampil di kualifikasi Piala Dunia. Tidak mudah, tapi bukan mustahil lolos,” tambah Teddy.
Perjalanan kemudian berlanjut ke Kanada, meski berlangsung singkat. Prabowo bertemu Gubernur Jenderal Mary Simon dan Perdana Menteri Mark Carney. Kedua negara menandatangani Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA CEPA), yang mencakup penghapusan 90,5 persen tarif produk Indonesia oleh Kanada. Kesepakatan ini diproyeksikan meningkatkan akses pasar dan nilai ekspor Indonesia.
Puncak kunjungan terjadi di Belanda. Presiden disambut Raja Willem-Alexander dan Ratu Máxima di Istana Huis ten Bosch. Pertemuan tersebut menghasilkan komitmen Belanda untuk mengembalikan sekitar 30 ribu artefak, fosil, dan dokumen bersejarah ke Indonesia, di samping penguatan kerja sama bilateral.
Menurut pengamat hubungan internasional, capaian ini menunjukkan strategi diplomasi Indonesia yang semakin proaktif, menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan politik global. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam memastikan realisasi komitmen investasi dan pemanfaatan optimal kesepakatan dagang.
Dalam enam hari, kunjungan Prabowo menghasilkan kombinasi investasi besar, perjanjian perdagangan bebas, dukungan internasional di forum multilateral, hingga penguatan hubungan budaya. Pemerintah menilai hasil ini memperkuat posisi Indonesia dalam peta ekonomi global menjelang 2030.